masukkan script iklan disini
SEMARANG, ASTINA – Suasana lokakarya "Astina Learning & Entrepreneurship Conference 2025" yang sudah memasuki malam hari seketika berubah penuh gelak tawa. Pemicunya adalah narasumber Fauzi Eko Pranyono, Ketua Harian Dewan Pembina Astina, yang naik panggung dengan gaya blusukan yang santai, lugas, dan penuh canda.
Baru saja diperkenalkan MC sebagai "Yang Mulia", Eko langsung membalas, "Terima kasih, tapi enggak apa-apa pakai yang mulia, karena sekarang pembelajaran mendalam itu (memang) memuliakan," sapanya, disambut tawa peserta.
Namun, di balik gaya santainya, Eko Pranyono membawa "revolusi" bagi para tutor: sebuah metode untuk menyelesaikan perangkat ajar RPP satu tahun penuh hanya dalam satu jam.
'Dikejar Hantu' Administrasi dan RPP di Shopee
Eko memulai sesinya dengan sebuah tamparan realitas. Ia menantang audiens, "Yakin RPP kita selama ini sudah memuliakan dan menggembirakan? Atau sekadar menuntaskan materi?".
Ia dengan jenaka menirukan pola pikir lama, "Yang penting materi tersampaikan, alhamdulillah. Aman, Bos! Sudah aku sampaikan materinya, Bos!".
Menurutnya, beban administrasi inilah yang membuat RPP kehilangan rohnya. Ia melontarkan analogi tajam yang disambut tawa peserta. "Sekarang ini, tutor ditanya kepala PKBM 'Mana RPP-nya?', itu ibaratnya seperti mereka dikejar hantu. Karena RPP-nya enggak jadi-jadi," selorohnya.
Ia bahkan menyoroti fenomena guru yang terpaksa "sokongan" (iuran) untuk membeli RPP jadi di toko online seperti Shopee dan Lazada.
"Kemarin setelah pelatihan, kami (guru) itu sempat sokongan tiuran untuk beli RPP di online. Satu RPP Rp30.000," kenangnya menirukan curhat seorang guru. "Setelah saya ajari ini (AI), 'Alhamdulillah Pak, sekarang saya malah bisa jualan RPP'. Komisinya dong, komisinya dong!" candanya lagi.
Solusi: 'Kawin Prom' dan RPP Setahun Sejam
Solusi yang ditawarkan Eko adalah memanfaatkan AI (Google Gemini Pro) dengan prompt (perintah) yang sistematis. Ia mengaku prompt pamungkas yang ia gunakan adalah hasil kolaborasi dengan narasumber lain.
"Saya harus berterima kasih kepada Ibu kita, Rita Mulyati," akunya. "Promnya saya modifikasi. Ibaratnya kita 'kawin'... yang kawin promnya!".
Dengan prompt 4 langkah yang telah disempurnakan itu, ia menjanjikan hal yang tampak mustahil. "Di sini 1 jam Bapak nanti bikin RPP setahun. Setahun 1 jam!" tegasnya. "Siapkan laptopnya... siapkan mental. Mental Bapak Ibu akan terkaget-kaget!"
Tak hanya RPP, ia juga menjanjikan bonus prompt untuk menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KSP) dan soal asesmen sumatif setara Tes Kemampuan Akademik (TKA).
"Selama ini ujian itu ngetes Bapak Ibu punya penyakit lupa ingatan atau tidak," kritiknya. "TKA itu tidak menguji materi, tapi menguji kerangka berpikir. Saya akan ajari Bapak Ibu bikin soal format TKA dalam hitungan 5 menit!"
Visi Besar: 'Mengguncang Dunia Persilatan'
Di balik semua humor dan lokakarya teknis, Eko Pranyono menyelipkan sebuah visi besar. Ia ingin para tutor pendidikan kesetaraan berhenti merasa inferior.
"Saya punya impian 2-3 tahun lagi, TKA Paket C itu minimal sama dengan TKA sekolah negeri di daerah Bapak Ibu," serunya berapi-api. "Itu akan mengguncang dunia persilatan!"
Sesi Eko Pranyono ditutup dengan tawa saat ia "berjualan". Ia mengizinkan semua peserta mengakses prompt miliknya secara gratis malam itu. "Tapi setelah tanggal 2 pagi, saya tutup. Kalau mau akses, bayar Rp50.000," guraunya.
"Bayangin 1.000 guru yang pesan, saya bisa berangkat umrah," tutupnya, yang sekali lagi membuat seluruh ruangan riuh.
Sesi tersebut menjadi bukti bahwa teknologi paling canggih sekalipun bisa disampaikan dengan cara yang paling membumi, santai, dan menggembirakan.(Panitia)
