masukkan script iklan disini
[Jakarta- ASTINA 25 Sept 225] – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) hari ini menegaskan tonggak sejarah dalam upaya literasi nasional.
Hal itu disampaikan dalam pembukaan Gebyar Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) dan Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI), Direktur Jenderal (Dirjen) Vokasi dan PKLK Kemendkdasmen mengumumkan kabar baik bahwa angka buta aksara di Indonesia kini tersisa 0,92%, turun signifikan dari 1,7% pada beberapa tahun sebelumnya.
Capaian ini dirayakan sebagai hasil kerja kolektif, namun Dirjen menekankan bahwa pekerjaan rumah (PR) belum selesai. Angka 0,92% ini masih harus terus diturunkan, bahkan hingga mendekati 0% seperti di negara-negara maju.
Dari Buta Aksara Klasik Menuju "Kesalehan Digital"
Dirjen Kemendikdasmen menggarisbawahi bahwa fokus perjuangan literasi kini telah bergeser. Tantangan utama saat ini adalah Literasi Digital, yang harus melampaui kemampuan baca tulis dasar.
"Dengan adanya digitalisasi, adanya transformasi digital yang demikian besar, maka bagaimana literasi juga masuk ke kesalehan literasi digital," jelasnya. Literasi digital yang "saleh" ini dipandang krusial untuk membangun peradaban dan mengatasi kurangnya adab di tengah tingginya keaktifan media sosial.
Tutor sebagai Ujung Tombak
Dalam konteks penuntasan buta aksara di berbagai daerah dan peningkatan literasi digital, peran para tutor dan pegiat PNFI menjadi krusial.
Kehadiran Astina (Asosiasi Tutor Pendidikan Nasional) dalam acara ini menyoroti peran mereka sebagai aktor kunci dalam mencapai visi literasi ganda ini. Para tutor adalah garis depan yang bekerja langsung di tengah masyarakat.
Mereka tidak hanya mengajarkan baca tulis, tetapi juga meningkatkan keterampilan dan keberdayaan perempuan—salah satu fokus penting program PNFI.
Dirjen menyampaikan apresiasi khusus kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi dan bersinergi, termasuk para tutor, PKBM, SKB, dan komunitas.
Kolaborasi tersebut sangat penting karena angka buta aksara yang tersisa ini tersebar di berbagai wilayah, menuntut pendekatan yang spesifik dan terorganisir.
"Maka menjadi tantangan kita bersama... oleh karena itu, maka kolaborasi, sinergi antar seluruh aktor di lingkungannya masing-masing... menjadi sangat penting," tegasnya, merujuk pada upaya kolektif yang melibatkan tutor untuk terus menurunkan angka 0,92% tersebut.
Acara Gebyar PNFI dan Peringatan HAI ini yang dilaksanakan di halaman Gedung A Kemendikdasmen menjadi momentum bagi semua pihak, termasuk ASTINA, untuk kembali memperkuat komitmen agar angka buta aksara dapat terus diturunkan. (DPP Astina)