• Jelajahi

    Copyright © DPP ASTINA - Indonesia
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Rakor Nasional di Bogor Hasilkan 5 Poin Penting Terkait Implementasi TKA Paket C

    DPP ASTINA
    24/09/2025, 11:39 WIB Last Updated 2025-09-25T04:49:26Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Pulang dari Bogor, Membawa Peta Baru Pendidikan Kesetaraan Indonesia

    Pulang dari Bogor, Membawa Peta Baru Pendidikan Kesetaraan Indonesia

    Oleh: Peserta dari Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional (ASTINA)

    Udara sejuk Bogor pada 22 hingga 25 September 2025 lalu menjadi saksi berkumpulnya para pemangku kepentingan utama pendidikan kesetaraan dari seluruh penjuru Nusantara. Ruang pertemuan diisi oleh wajah-wajah penuh dedikasi, mulai dari perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, para pakar dari BPMP (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan) dan BBGP (Balai Besar Guru Penggerak), hingga rekan-rekan seperjuangan kami dari Forum Komunikasi SKB, serta para pengelola SKB dan PKBM.

    Kami, para perwakilan dari Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional (ASTINA), hadir di tengah mereka dengan satu semangat: menjemput masa depan. Suasana Rakor bukan hanya diisi dengan paparan satu arah, tetapi juga sesi kerja kelompok yang intens. Kami diminta untuk menuangkan gagasan dalam kertas kerja, memetakan rencana tindak lanjut, menganalisis risiko dan mitigasi, hingga memberikan masukan kritis terhadap relevansi TKA bagi warga belajar kami. Di pundak kami ada harapan ribuan, bahkan jutaan, warga belajar Program Paket C yang mendamba pengakuan dan kesempatan yang setara. Agenda utamanya jelas: memahami Tes Kemampuan Akademik (TKA) dan Kurikulum Pendidikan Kesetaraan 2025.

    Selama empat hari, kami dibekali dengan serangkaian materi padat yang saling terkait, membentuk sebuah gambaran utuh tentang transformasi besar yang sedang terjadi. Ini bukan sekadar tentang ujian baru atau kurikulum baru, melainkan tentang pergeseran filosofi dalam memandang pendidikan kesetaraan itu sendiri. Berikut adalah rangkuman perjalanan intelektual kami, dari kebijakan makro hingga detail teknis yang paling mendasar.

    Bagian 1: Landasan Baru—Kurikulum 2025 dan "Pembelajaran Mendalam"

    Pencerahan pertama datang dari paparan mengenai Kurikulum Pendidikan Kesetaraan 2025. Konsep utamanya adalah Pembelajaran Mendalam, sebuah pendekatan yang memuliakan peserta didik. Fokusnya bukan lagi sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses belajar yang utuh melalui tiga pilar: memahami, mengaplikasi, dan merefleksi.

    Bagi kami di pendidikan kesetaraan, perubahan paling signifikan ada pada struktur kurikulum. Kini, beban belajar dibagi menjadi:

    • 70% Mata Pelajaran Wajib (Intrakurikuler), yang mengacu pada standar pendidikan formal.
    • 30% Muatan Pemberdayaan dan Keterampilan (Kokurikuler), yang dirancang untuk menumbuhkan keberdayaan, kemandirian, dan kreativitas sesuai potensi daerah dan kebutuhan peserta didik.

    Struktur ini menjawab langsung tantangan unik warga belajar Paket C yang beragam, dari usia remaja hingga dewasa yang sudah bekerja. Fleksibilitas juga menjadi kunci, di mana proses pembelajaran dapat ditempuh melalui tatap muka, tutorial, mandiri, atau kombinasi ketiganya. Kurikulum ini memberi kami, para tutor, peta jalan untuk merancang pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata—misalnya, mengajarkan matematika melalui cara menghitung anggaran rumah tangga atau Bahasa Indonesia dengan praktik membuat surat lamaran kerja.

    Bagian 2: Asesmen Bukan Lagi Momok, Tapi Alat Ukur yang Adil

    Setelah memahami "apa" yang diajarkan, pertanyaan berikutnya adalah "bagaimana" mengukurnya. Materi tentang asesmen membuka wawasan kami bahwa asesmen adalah jembatan antara kurikulum (apa yang dipelajari) dan pengajaran (bagaimana itu diajarkan).

    Diperkenalkan perbedaan krusial antara High-Stakes Testing (ujian berkonsekuensi tinggi seperti seleksi masuk) dan Low-Stakes Testing (ujian berisiko rendah seperti kuis harian). Tes Kemampuan Akademik (TKA) diposisikan sebagai high-stakes testing, namun dengan catatan penting: TKA bersifat tidak wajib (opsional).

    Mengapa TKA diperlukan? Paparan data menunjukkan kelemahan nilai rapor yang cenderung seragam dan tinggi, sehingga tidak cukup kredibel untuk seleksi yang kompetitif. TKA hadir sebagai alat ukur terstandar dari pemerintah untuk memberikan laporan capaian akademik yang objektif bagi murid yang memerlukannya untuk seleksi ke jenjang pendidikan lebih lanjut, beasiswa, atau kebutuhan lainnya.

    Bagian 3: Membedah TKA—Instrumen Baru Penilaian Nasional

    TKA secara fundamental berbeda dari Ujian Nasional (UN) yang pernah ada. Mari kita perjelas perbedaannya:

    Aspek Ujian Nasional (UN) Asesmen Nasional (AN) Tes Kemampuan Akademik (TKA)
    Tujuan Menentukan kelulusan & pemetaan mutu Evaluasi sistem pendidikan (bukan individu) Mengukur capaian akademik individu untuk seleksi
    Sifat Wajib untuk semua siswa kelas akhir Wajib untuk sekolah (siswa sampel) Opsional bagi siswa kelas akhir yang mendaftar
    Konsekuensi Tidak ikut = Tidak Lulus Tidak ada konsekuensi individu Tidak ikut = Tidak punya sertifikat TKA untuk seleksi

    Untuk jenjang Paket C (setara SMA/SMK), TKA akan menguji:

    • Tiga Mata Pelajaran Wajib: Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris.
    • Dua Mata Pelajaran Pilihan: Peserta didik memilih dua dari daftar mata pelajaran yang tersedia, sesuai minat untuk program studi lanjut atau pilihan karir.

    Pelaksanaan TKA untuk jenjang SMA/sederajat dijadwalkan pada 1-9 November 2025, agar hasilnya dapat digunakan untuk pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

    Bagian 4: Tulang Punggung Digital—Kunci Sukses Ada di Data yang Valid

    Di sinilah kami semua, para tutor dan operator, menyadari betapa sentralnya peran kami. Seluruh sistem baru ini, baik kurikulum, Sulingjar, maupun TKA, berdiri di atas satu fondasi kokoh: validitas data.

    Paparan mengenai Verifikasi dan Validasi (Verval) Data Pendidikan menjadi sesi yang paling teknis namun paling mencerahkan. Alur data yang rapi menjadi prasyarat mutlak: DAPODIK/EMIS → VERVAL → PD-DATA → LAMAN TKA.

    Tiga nomor sakti yang harus dipastikan validitasnya adalah:

    1. NPSN (Nomor Pokok Satuan Pendidikan Nasional): Identitas unik setiap satuan pendidikan.
    2. NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan): Identitas unik setiap tutor dan tenaga kependidikan.
    3. NISN (Nomor Induk Siswa Nasional): Identitas unik setiap peserta didik.

    Operator satuan pendidikan memiliki tugas krusial untuk melakukan verval melalui laman-laman yang disediakan, seperti vervalsp, vervalptk, dan vervalpd. Tujuannya adalah menuntaskan "residu" atau data yang belum valid, tidak lengkap, atau tidak padan dengan data induk di Dukcapil. Tanpa data yang bersih, seorang siswa tidak akan bisa didaftarkan, dan seorang tutor tidak bisa mengakses sistem.

    Bagian 5: Alur Kerja Operator—Dari Data Mentah Menuju Kartu Peserta TKA

    Dari serangkaian materi, kami merangkum alur kerja pendaftaran TKA yang harus dipahami oleh setiap penyelenggara pendidikan kesetaraan:

    1. Pemutakhiran & Verval Data: Operator memastikan data satuan pendidikan (NPSN) dan seluruh calon peserta (NISN) di Dapodik/EMIS sudah valid dan terverifikasi di laman Verval PD.
    2. Impor Data Calon Peserta: Operator mengimpor data peserta didik yang valid dari Verval PD ke laman TKA.
    3. Cetak Surat Pernyataan: Operator mencetak "Surat Pernyataan Pendaftaran TKA" untuk setiap peserta didik.
    4. Konsultasi Peserta Didik: Peserta didik membawa surat tersebut untuk didiskusikan dengan orang tua/wali. Mereka memutuskan untuk mengikuti atau tidak mengikuti TKA dan memilih 2 mata uji pilihan jika memutuskan ikut.
    5. Pendaftaran Final: Peserta didik mengembalikan formulir yang telah ditandatangani dan pas foto terbaru. Operator kemudian melakukan pendaftaran final di laman TKA, memasukkan pilihan keikutsertaan dan mata uji yang dipilih.
    6. Verifikasi DNS dan Penerbitan DNT: Sistem akan menerbitkan Daftar Nominasi Sementara (DNS) untuk diverifikasi kembali oleh peserta didik dan kepala satuan pendidikan. Setelah valid, kepala satuan mengunggah Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM), dan Dinas akan menerbitkan Daftar Nominasi Tetap (DNT) serta Kartu Peserta.

    Epilog: Pulang Membawa Tugas, Bukan Sekadar Oleh-Oleh

    Kami meninggalkan Bogor bukan dengan kepala kosong, melainkan dengan peta dan kompas baru untuk menavigasi lanskap pendidikan kesetaraan. Transformasi ini menuntut kami untuk lebih dari sekadar pengajar. Kami harus menjadi manajer data yang andal, fasilitator yang luwes, dan motivator yang tak kenal lelah.

    Perjalanan kami dari seluruh Nusantara ke Rakor ini adalah sebuah investasi. Kini, tugas kami di ASTINA adalah mendiseminasikan pengetahuan ini, melatih para tutor dan operator di daerah kami masing-masing, dan memastikan setiap warga belajar Paket C mendapatkan informasi dan pelayanan terbaik. Ini adalah kerja kolektif. Dari Sabang sampai Merauke, semangat "Pendidikan Bermutu untuk Semua" kini memiliki wujud yang lebih nyata, dan kami siap menjadi garda terdepannya.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Tag Terpopuler